Cari Blog Ini

Powered By Blogger

Selasa, 22 Maret 2011

GAMBARAN PUISI INDONESIA

1. PENDAHULUAN
Dalam perkembangan puisi dari jaman-kejaman puisi kian bertambah maju dan berkembang. Sebab, dengan seiring berkembangnya jaman maka bertambah maju pula ilmu pengetahuan seseorang. Begitupun dengan para pengarang-pengarang ataupun sastrawan-sastrawan yang ahli dibidang puisi, yang selalu berusaha mengikuti era jaman.
Puisi Indonesia memiliki ciri khas tertentu, sesui dengan kemahiran pengarangnya dalam menyusun suatu kata-kata. Puisi juga dapat digolongkan sesuai dengan daerah dari mana asalnya, seperti puisi jawa yang jelas-jelas berasal dari Jawa. Ada juga puisi yang digolongkan sesuai dengan waktu dan masa puisi tersebut diciptakan, seperti puisi lama dan puisi baru.
Berdasarkan penjelasan diatas, puisi selalu berkembang mengikuti jamannya. Puisi dibuat pengarangnya dengan memperhatikan keindahan kata-katanya. Seperti menggunakan diksi yang tepat. Pusi dapat memberikan inspirasi bagi pembacanya. Karena puisi bersifat menghibur dan memberikan suatu pencerahan kepada para pencinntanya.

2. Masalah
Berdasarkan tujuan penulisan diatas, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
a. Bagaiman ciri-ciri puisi sesuai dengan jamannya ?
b. Apa yang kita peroleh jika kita sudah mengenal ciri-ciri dan bentuk gambaran puisi Indonesia?
3. Pembahasan
3.1 Gambaran Puisi Indonesia
Puisi adalah bentuk karya sastra yang paling tua. Karya besar yang bersifat abadi seperti: Mahabhrata, Ramayana, Wedatama, Tripama, Babad Tanah Jawi (sastra jawa), Oedipus, Antigone, Hamlet, Machbeth, dan sebagainya. Bentuk puisi yang paling lama adalah mantra. Didalam mantra tercermin hakikat sesungguhnya dari puisi, yakni bahwa pengkonsentrasian kekuatan bahasa itu dimaksudkan oleh penciptanya untuk menimmbulkan gaya magis atau kekuatan ghaib. Ciri-ciri struktur fisik, tetapi juga oleh struktur makna atau tematiknya.
3.1.1. Mantra
Mantra terdapat didalam kesusastraan daerah diseluruh Indonesia. Mantra berhubungan dengan sikap religius manusia. Untuk memohon sesuatu kata-kata pilihan yang berkekuatann ghaib, yang oleh penciptanya dipandang mempermudah kontak dengan Tuhan. Dengan cara demikian, apa yang diminta (dimohon) oleh pengucap mantra itu dapat dipenuhi oleh tuhan.

Karena sifat sakralnya, mantra seringkali tidak boleh diucapkan oleh sembarang orang. Hanya pawang yang berhak dianggap panntas mengucapkan mantra itu.

Dari uraian diatas menyatakan bahwa sebuah mantra mempunyai kekuatan bukan hanya struktur kata-katanya, namun lebih dari struktur batin. Karena sifat mantra yang sakral, mantra tidak dapat mudah ditemukan.
Hampir disemua daerah di seluruh Indonesia terdapat mantra. Mantra tidak hanya untuk keperluan baik, namun seringkali juga untuk keperluan yang dipandang kurang atau tidak baik.

Contoh mantra:
Mantra dari Jawa

Sang ireng jeneng muksa pengreksane,
Sang enim mati jati rasane,
Lakune ora katon pangrasane manusa,
Bismilahirrohmanirrohim,
Car mancur cahyaning Allah
Sungsum balung rasa ning pangeran,
Getih daging rasaning Pangeran,
Kulit wulu rasaning pangeran,
Iya ingsung mancuring Allah jatining manusa,
Nek putih rasa ning nyawa, badan Allah sak kelebut putih,
Iya inngsun nagara sampurna.

Beberapa ciri-ciri pokok dari mantra, yakni:
1. Pemilihan kata sangat saksama.
2. Bunyi-bunyi diusahakan berulang-ulang dengan maksud memperkuat daya sugesti kata.
3. Banyak dipergunakan kata-kata yang kurang umum digunakan dalam kehidupann sehari-hari dengan maksud memperkuat daya sugesti kata.
4. Jika dibaca secara keras mantra menimbullkan efek bunyi yang bersifat magis, bunyi tersebut diperkuat oleh irama dan metrum yang biasanya hanya dipahami secara sempurna oleh pawang ahli yang membaca mantra secara keras.

3.1.2. Pantun dan Syair
Kedua jenis puisi ini adalah jenis puisi lama yang paling terkenal. Jenis-jenis puisi lama lainya adalah talibun, gurindam, tersina, dan sebagainya. Jenis-jenis puisi lain selain pantun dan syair itu merupakan struktur yang prinsip-prinsipnya sama dengan struktur pantun dan syair.
Ikatan yang memberikan nilai keindahan dalam struktur kebahasaan itu berupa:
1. Jumlah setiap suku kata dalam setiap baris.
2. Jumlah baris setiap bait.
3. Jumlah setiap bait setiap puisi
4. Aturan dalam rima dan ritme

Pantun terdiri atas dua bagian, yakni sampiran dan isi. Sampiran merupakan dua baris pantun yang memiliki sarana bunyi untuk menunjuk isi. Hubungan antara sampiran dengan isi hanyalah hubungan dalam hal saran dan bunyi itu. Pantun dan syair menyembunyikan penciptanya; karya sastra bersifat anonim. Sifat anonim itu menyebabkan aturan –aturan yang dapat dijadikan kriteria penilaian segi estetika pantun dan syair cukup kuat.

Klasifikasi pantun dan syair meliputi:
Pantun : pantun anak-anak, pantun muda, pantun tua, dan pantun jenaka.
Syair : cerita panji, syair ceriata fantasi, syair alegoris, syair sejarah, syair budi pekerti, dan syair pendidikan, serta syair saduran dari bahas asing.
Pantun adalah puisi asli Indonesia. Pantun tepat untuk suasana tertentu, seperti halnya juga seni lainnya hanya tepat untuk suasana tertentu pula. Dalam upacara perkawinan banyak digunakan untuk sambutan; penggunaan pantun disini menimbulkan suasana akrab.
Beberapa pantun (Melayu):
a. Pantun muda
b. Pantun tua
Sampiran itu adalah kesatuan sintaksis yang memiliki kesatun makna pula, meskipun maknanya tidak berhubungan dengan makna baris-baris berikutnya. Makna sampiran hanya bersifat permainan; oleh sebab itu bagiann ini disebut sampiran.
Pantun selesai dalam satu bait. Syair tidak selesai dalam satu bait, karna syair biasanya untuk bercerita. Semua syair mengandung isi, karena syair tidak bersampiran. Empat baris syair yang merupakan satu bait adalah satu kesatuann sintaksis yang mengandung suatu makna, yang berkesinambungan. Biasanya makna syair ditentukan oleh bait-bait berikutnya mirip dengan alenia-alenia sebuah cerita. Sedangkan pantun tidak diteruskan oleh bait-bait berikutnya. Contoh syair yaitu, syair Ken Tambunan (cerita Panji), dan syair Si Burung Pungguk.
Ada beberapa ahli sastra berkebangsaan Belanda yang mengacaukan pengertian pantun dengan Wangsalan dalam kesusastraann Jawa. Pantun sama dengan parikan dan tidak sama dengann Wangsalan. Didalam parikan hanya ada sarana bunyi pada dua baris yang lazim disebut sampiran. Saran bunyi dalam sampiran itu lajim mennggunakan bahsa daun-daunan (seperti juga dengan kebanyakan pantun). Dalam wangsalan dua baris pertama tidak hanya merupakan sarana bunyi tetapi merupakan teka-teki yang akan terjawab pada unsur-unsur isi.
Contoh bentuk pantun dan wangsalan ialah parikan dan wangsalan. Fungsi wangsalan dalam kesusastraan Jawa adalah untuk mengungkapka nasihat-nasihat. Dalam wangsalan diperlukan kejelian pembaca untuk melihat jawaban teka-teki yang dapat dibaca dalam isi karena sering tersamar dan sering maknanya berubah.
3.1.3. Puisi Jawa
Seperti halnya contoh dalam Tembang Asmaranda. Kedukaan dalam puisi ini adalah duka asmara. Tema amanat yang disampaikan berupa nasihat yang berhubungan dengan duka asmara tersebut.
Aturan struktur fisik tembang Asmaranda adalah terdiri atas 7 baris tiap bait. Tiap-tiap baris diatur dengan guru wilangan 7-a, 8-u, dan 8-a, sedangkan struktur bathinnya harus mengungkapkan duka asmara. Seperti contoh pada Tembang Durmo, yang isinya mengemukakan tantangan yang diberikan oleh Kumbakarna kepada empat prajurit kera dalam perang antara pasukan Rama melawan Rahwana yang dipimpin oleh Kumbakarna (adik Rahwana).
Struktur fisik Tembang Durmo menunjukkan aturan bait, yang terdiri atas Guru Wilangan dan Guru lagunya adalah: 12-a, 7-I, 13-a, 8-I, 5-a, dan 7-i. Aturan struktur fisik ini digunakan untuk mengungkapkan nada marah, menantang, berani, sombong, dan patriotik. Seperti pada Tembang Sinom. Puisi Sinom terdiri atas 8-I, 7-a, 8-I, 13-a, 8-I, dan 10-a. Perasaan dan nada yang diberikan tidak harus diterima oleh penerima nasihat itu, meskipun nasihat itu bernilai tinggi karena perasaannya adalah serius, sungguh-sungguh, filosofis, dan lain sebagainya. Dan seperti halnya Tembang Pengkur yang terdiri atas 7 bait. Guru wilangan dan guru lagunya, adalah nasihat berbeda dari nasihat dalam Tembang Sinom, maka pemilihan kata-kata, lambang kiasan, dan bunyi dipilih pun juga berbeda.
Dari beberapa Tembang diatas, dapat disimpulkan bahwa dalam puisi terdapat kepaduan antara bentuk pengucapan secara fisik dan bentuk pengucapannya secara bathin. Puisi tidak boleh hanya ditinjau dari segi struktur fisiknya berupa baris, bait, bunyi, kata, lambang, kiasan, dan sebagainya.
3.1.4. Puisi Baru
Bentuk puisi yang dapat disebut puisi bari ialah diambil dari sastra asing. Puisi-puisi yang dapat diklasifikasikan puisi baru, ialah distichon (2baris), quint (5 baris), tersina (3 baris), quartrain (4 baris),sextet (6 baris), septima (7 baris), dan oktaf (8 baris). Soneta terdiri dari 14 baris, yang biasanya dibagi atas: 3 quartrain, ditambah satu distchon, 2 quartrain ditambah dengan 2 tersina, mungkin pula variasi lain.
Pembaharuan yang setengah-setengah begitu juga tampak pada bentuk sonata, misalnya pada puisi yang dikarang oleh Ali Hasmij dibawah ini:
MENYESAL
Pagiku hilang sudah melayang
Hari mudaku telah pergi,
Kini datang membayang,
Batang usiaku sudah tinggi.

Aku lalai dihari pagi,
Beta lengah di masa muda,
Kini hidup meracun hati,
Miskin ilmu, miskin harta,

Ah, apa guna kusesalkan,
Menyesal tua tiada berguna,
Hanya menambah luka sukma,

Kepada yang muda kuharapkan,
Atur barisan dihari pagi,
Menuju arah padang bakti.

Puisi diatas terdiri atas 2 quartrain dan 2 tersina.

3.1.5. Puisi Angkatan 45
Ada angkatan 45 yang dipentingkan adalah makna atau bentuk bathin puisi. Ikatan bentuk fisik puisi tidak dominan lagi. Unsur-unsur pengaturan bahas masih ada dan digunakan secara kreatif (tidak statis).
Contoh:

Isa
Itu tubuh,
Mengucur darah,
Mengucur darah,


Rubuh,
Patah,
Mendampar Tanya: aku salah!

Kulihat tubuh mengucur darah
Aku berkaca dalam darah

Terbayang dimata, masa
Bertukar rupa ini segera

Mengatup luka,
Aku bersuka,
Itu tubuh,
Mengucur darah,
Mengucur darah.

Chairil Anwar adalah pelopor revolusi bentuk puisi. Baginya bentuk fisik itu tidak penting, yang penting adalah wujud pengucapan bathin. Isi ataupun bentuk pengucapan bathin puisi masih tetap ditonjolkan.

3.1.6. Puisi Kontemporer
Sudtarji Calzoum Bachri dipandang sebagai pembaharu dunia puisi Indonesia. Jika Chairil Anwar menetapkan bentuk fisik (bunyi) kedudukan yang terpenting.
Contoh puisi kontemporer:
Amuk
Ngiau ! kucing dalam darah dia menderas
Lewat dia mengalir ngilu ngiau dia bergegas
Lewat dalam aorta dalam rimba darahku dia
Besar dia bukan harimau bukan singa bukan

Hyena bukan leopard dia macam kucing bukan
Kucing tapi kucing ngiau dia lapar dia menambah
Rimbah afrikaku dengan cakarnya dengan amuknya
Dia meraung dia mengerang jangan beri daging dia
Tak mau daging jesus jangan beri roti dia tak mau roti ngiau.
4. Penutup
Puisi merupakan suatu karya sastra indah yang berbentuk sajak dan penulisannya terikat pada aturan tertentu. Puisi dapat menggambarkan curahan hati darim pengarangnya. Puisi selalu mementingkan isi atau makna dari perasaan pengarangnya tersendiri. Dengan menulis puisi, pengarang bisa menyampaikan suatu amanat kepada pembaca.
Puisi terkadang membuat seseorang merasa terhibur dan terharu, dengan catatan jika pembaca membaca puisi tersebut dengan penuh konsentrasi dan penuh penghayatan. Maka, amanat dan pesan dari apa yang ingin disampaikan oleh pengarangnya dapat dengan mudah dimengerti oleh pembacanya.
Dengan memperhatikan manfaat-manfaat dari beberapa penjelasan mengenai gambaran puisi Indonesia, kita dapat memperoleh pengetahuan baru. Terutama mengenai contoh-contoh puisi yang sesuai dengan jaman, daerah, dan pengarangnya.

5. DAFTAR PUSTAKA
J. Waluyo, Herman. (1995). Teori Apresiasi Puisi. Jakarta: Erlangga

http://mashudismada.wordpress.com/2009/04/12/gambaran-puisi-indonesia/

http://id.88db.com/id/Services/Ad_search.listing/Lesson_Intruction

Tidak ada komentar: