Cari Blog Ini

Powered By Blogger

Selasa, 22 Maret 2011

REDUPLIKASI

2.1. Proses Pengulangan

Proses pengulangan atau reduplikasi adalah pengulangan satuan gramatik, baik seluruhnya maupun sebagiannya, baik dengan variasi fonem maupun tidak. Hasil pengulangan itu disini disebut kata ulang, sedangkan satuan yang diulang merupakan betuk dasar. Misalnya kata ulang rumah-rumahan dari betuk dasar rumah, kata ulang perumahan-perumahan dari bentuk dasar perumahan, kata ulang berjalan-jalan dibentuk dari bentuk dasar berjalan, kata ulang bolak-balik dibentuk dari bentuk dasar balik.
Setiap kata ulang sudah tentu memiliki bentuk dasar. Kata-kata seperti sia-sia, alun-alun, mondar-mandir, compang-camping, huru-hara, dalam tinjauan deskriptif tidak dapat digolongkan kata ulang karena sebenarnya tidak ada satuan yang diulang. Dari deretan morfologik dapat ditentukan bahwa sesungguhnya tidak ada satuan yang lebih kecil dari kata-kata tersebut. Secara historic atau komparatif, mungkin kata-kata itu dapat dimasukkan kedalam golongan kata ulang, tetapi uraian kami disini tidak berdasarkan tinjauan historic maupun komparatif. Dari deretan morfologik, akan ternyata bahwa sia, alun, mondar, atau mandir, compang atau camping, huru atau hara, bukan satuan gramatik, berbeda dengan temu. Sekalipun satuan ini tidak pernah bertemu dalam bentuk temu saja, namun dari deretan morfologik dapat dipastikan bahwa satuan itu ada. Deretan morfologiknya:
pertemuan
penemuan
bertemu
ketemu
ditemukan
menemukan
mempertemukan
dipertemukan
temu duga

2.2. MENENTUKAN BENTUK DASAR KATA ULANG

Setiap kata ulang memiliki satuan yang diulang. Satuan yang di ulang itu disebut bentuk dasar. Sebagian kata ulang dengan mudah dapat ditentukan bentuk dasarnya.
Misalnya:
Rumah-rumah : bentuk dasarnya rumah
Perumahan-perumahan : bentuk dasarnya perumahan
Sakit-sakit : bentuk dasarnya sakit
Dua-dua : bentuk dasarnya dua
Pemikiran-pemikiran : bentuk dasarnya pemikiran
Kebaikan-kebaikan : bentuk dasarnya kebaikan
Pemburu-pemburu : bentuk dasarnya pemburu
Rintangan-rintangan : bentuk dasarnya rintangan
Tetapi tidak semua kata ulang dapat dengan mudah ditentukan bentuk dasarnya dari pengamatan, dapatlah dikemukakan dua petunjuk dalam menentukan bentuk dasar bagi kata ulang:
2.1.1 Pengulangan pada umumnya tidak mudah mengubah golongan kata. Dengan petunjuk ini, dapat ditentukan bahwa bentuk dasar bagi kata ulang yang termasuk golongan kata nominal yang berupa kata nominal, baik kata kerja maupun kata sifat, berupa kata verbal, dan bentuk dasar bagi kata ulang yang termasuk golonngan kata bilangan juga berupa kata bilangan.
Misalnya:

berkata-kata (kata kerja) : bentuk dasarnya berkata (kata kerja)
menari-nari (kata kerja) : bentuk dasarnya menari (kata kerja)
tersenyum-senyum (kata kerja) : bentuk dasarnya tersenyum (kata kerja)
gunung-gunung (kata nominal) : bentuk dasarnya gunung (kata nominal)
minum-minuman (kata moninal) : bentuk dasarnya minuman (kata nominal)
makan-makanan (kata nominal) : bentuk dasarnya makanan (kata nominal)
nyanyi-nyanyian ( kata nominal) : bentuk dasarnya nyanyian (kata nominal)
cepat-cepat (kata sifat) : bentuk dasarnya cepat (kata sifat)
sepuluh-sepuluh (kata bilangan) : bentuk dasarnya sepuluh (kata bilangan)
keempat-empat (kata bilangan) : bentuk dasarnya keempat (kata bilangan)
pukul-memukul ( kata kerja) :bentuk dasarnya memukul (kata kerja)
kemerah-merahan (kata sifat) : bentuk dasarnya merah (kata sifat)
kereta-keretaan (kata nominal) : bentuk dasarnya kereta (kata nominal)
Namun demikian ada juga penngulangan yang mengubah golongan kata, ialah
pengulangan dengan se-nya, misalnya:
tinggi → setinggi-tiingginya
luas → seluas-luasnya
cepat → secepat-cepatnya
jelek → sejelek-jeleknya
Kata-kata setinggi tingginya, seluas-luasnya, secepat-cepatnya dan sejelek-jeleknya termasuk golongan kata keterangan karena kata-kata tersebut secara dominan menduduki keterangan dala suatu klausa, sedangkan bentuk dasarnya ialah tinnggi, luas, cepat, dan jelek termasuk golongan kata sifat.
2.1.2 Bentuk dasar selalu berupa satuan yang terdapat dalampenggunaan bahasa. Misalnya kata ulang mempertahan-tahankan. Bentuk dasarnya bukannya mempertahankan melainkan mempertahankan karena mempertahankan tidak terdapat dalam pemakaian bahasa. Demikian pula :
Memperkata-katakan : bentuk dasarnya memperkatakan, bukan memperkata
Mengatakan-ngatakan : bentuk dasarnnya mengatakan, bukan mengata
Menyadar-nyadarkan : bentuk dasarnya menyadar, bukan menyadar
Berdesak-desakan : bentuk dasarnya berdesakan, bukan berdesak

Pada menulis-nuliskan terdapat dua kemungkinan. Bentuk dasarnya mungkin menulis, diulang menjadi menulis-nulis, atau kemudian mendapat afiks –kan menajdi menulis-nuliskan, atau mungkin pula kata terbentuka dari bentuk dasar menuliskan. Diulang menjadi menulis-nuliskan.

Bentuk dasar bagi kata ulang penting sekali artinya bagi penetuan golongan pengulangan. Misalnaya, jika kata kemerah-merahan, dikatakan bentuk dari bentuk dasar merah, maka pengulangan pada kata kemerahan-merahan termasuk golongan yang berkombinasi dengan proses pembubuhan afiks, tetapi jika dikatakan dengan bentuk dasar kemerah-merahan, maka pengulangannya termasuk golongan pengulanagan sebagian.
Contoh lain, misalnya pengulangan pada kata minum-minuman. Jika kata ini dikatakan terbentuk dari bentuk dasar minum. Maka pengulangannya termasuk golongan pengulangan yang berkombinasi denagn proses pembubuhan afiks, tetapi juga dikatakan terbentuk dari bentuk dasar minuman, maka pengulangannya sebagian.

2.2 MACAM-MACAM PENGULANGAN

Berdasarkan cara pengulangan bentuk dasarnya, pengulangan dapat digolongkan menjadi empat golongan:

1. Pengulangan seluruh
Ialah pengulangan seluruh bentuk dasar, tanpa perubahan fonem dan tidak berkombinasi dengan proses pembubuhan afiks. Misalnya:
sepeda -> sepeda-sepeda
buku -> buku-buku
kebaikan -> kebaikan-kebaikan
keselarasan -> keselarasan-keselarasan
sekali -> sekali-sekali
pengertian -> pengertian-pengertian

2. Pengulangan sebagian
Ialah pengulangan sebagian dari bentuk dasarnya. Disini bentuk dasar tidak diulang seluruhnya. Hampir semua bentuk dasar pengulangan golongan ini berupa bentuk kompleks. Yang berupa bentuk tunggal hanyalah kata lelaki yang dibentuk dari kata dasar laki, tetamu yang dibentuk dari bentuk dasar tamu, beberapa yang dibentuk dari bentuk dasar berapa, pertama-tama yang dibentuk dari bentuk dasar pertam, dan segal-gala yang di bentuk dari bentuk dasar segala.

Kata pertama dan segala merupakan bentuk tunggal karena dalam deretan morfologik tidak ada satuan yang lebih kecil dari kedua kata itu. Memang disamping kata perttam itu, ada kata utama, tetapi kedua kata itu tidak dapat di masukkan dalam satu deretan morfologik. Meskipun keduanya mempunyai pertalian bentuk, ialah keduanya mengandung unsure tama, tetapi keduanya tidak memiliki pertalian arti sehingga kat pertam ditentukan sebagai satu morfem pula.

Apabila bentuk dasar itu berupa bentuk kompleks, kemungkinan-kemungkinan bentuknya sebagai berikut:
a. Bentuk meN- misalnya:

mengambil -> mengambil-ambil
membaca -> membaca-baca
menjalankan -> menjalan-jalankan
mengemasi -> mengemas-emasi
memperkatakan -> memperkata-katakan
Pada kata mengambil-ambil asal morfem meN- tidak diulan pada ambil yang kedua karena bentuk nasal kata mengambil-ambil, ialah ambil, berawal sari vocal. Berbeda halnya dengan mengemas-emasi. Disini, nasal morfem meN- diulang pada mengemasi karena bentuk asal mengemas-emasi berawal dengan konsonan.
b. Bentuk di- misalnya:
diusai -> diusai-usai
ditarik -> ditarik-tarik
dikemasi -> dikemas-kemasi
ditanami -> ditanam-tanami
c. Bentuk ber- misalnya:
berjal;an -> berjalan-jalan
bertemu -> bertemu-temu
bermain -> bermain-main
bersiap -> bersiap-siap
berlarut -> berlarut-larut
berkata -> berkata-kata
d. Bentuk ter- misalnya:
terbatuk -> terbatuk-batuk
terbentur -> terbentur-bentur
tergoncang -> tergoncang-goncang
tersenyum -> tersenym-senyum
terjatuh -> terjatuh-jatuh
terbalik -> terbalik-balik
e. Bentuk ber-an misalnya:
berlarian -> berlari-larian
berhamburan -> berhambur-hamburan
berjauhan -> berjauh-jauhan
berdekatan -> berdekat-dekatan
berpukulan -> berpukul-pukulan
bersentuhan -> bersentuh-sentuhan
f. Bentuk –an misalnya:
minuman -> minum-minuman
makanan -> makan-makanan
tumbuhan -> tumbuh-tumbuhan
karangan -> karang-karangan
nyanyian -> nyanyi-nyanyian
sayuran -> sayur-sayuran
g. Bentuk ke- misalnya:
kedua -> kedua-dua
ketiga -> ketiga-tiga
keempat -> kempat-empat
kelima -> kelima-lima

Dari penelitian ternyata bahwa pengulangan sebagian banyak terdapat dalam bahasa Indonesia disamping pengilangan seluruh. Dalam pengulangan sebagian ada kecendrungan untuk hanya mengulang bentuk asalnya saja seperti kelihatan pada contoh-contoh diatas.
3. Pengulangan yang berkombinasi
Dalam golongan ini bentuk dasar diulang seluruhnya dan berkombinasi dengan proses pembubuhan afiks, maksudnya pengulangan itu terjadi bersama-sama dengan proses pembubuhan afiks dan bersama-sama pula mendukung satu fungsi. Misalnya kata ulang, kereta-keretaan. Berdasarkan petunjuk penetuan bentuk dasar nomor 2, ialah bahwa bentuk dasar itu selalu berupa satuan yang terdapat dalam penggunaan bahasa, dapat ditentukan bahwa bentuk dasar bagi kata ulang kereta-keretaan adalah kereta mengingat satuan keretaan tidak terdapat dalam pemakaian bahasa. Yang menjadi masalah, sekarang bagaimana proses terbentuknya bentuk dasar kereta menjadi kereta-keretaan.
Ada dua pilihan. Pilihan pertama ialah bentuk dasar kereta diulang menjadi kereta-kereta, lalu mendapat bubuhan afiks –an menjadi keretya-keretaan. Jadi prosesnya sebagai berikut:
Kereta -> kereta-kereta -> kereta-keretaan
Pilihan kedua ialah bentuk dasar kereta diulang dan mendapat bubuhan afiks –an. Jadi prosesnya:
Kereta -> kereta-keretaan
Dari faktor arti, pilihan pertama kiranya tidak mungkin. Pengulangan bentuk dasar kereta menjadi kereta-keretaan menyatakan makna ‘banyak’ sedangkan pada kereta-keretaan tidak terdapat makna ‘banyak’. Yang ada makna ‘sesuatu yamg menyerupai apa yang tersebut pada bentuk dasar’. Jelaslah bahwa satu satunya kemungkinan ialah pilihan yang kedua : kata kereta-keretaan terbentuk dari bentuk dasar kereta yang diulang dan mendapat afiks –an.
Beberapa contoh yang lain, misalnya :
anak -> anak-anakan
rumah -> rumah-rumahan
gunung -> gunung-gunungan
orang -> orang-orangan
kera -> kera-keraan

Demikian juga kat-kata kehitam-hitaman, keputih-putihan, kemerah-merahan, seluas-luasnya, setinggi-tingginya, sejelek-jeleknya, semahal-mahalnya, sedalam-dalamnya, dan sebagainya, juga terbentuk dengan cara yang sama dengan kata kereta-keretaan, ialah dengan pengulangan dan pembubuhan afiks pada dasarnya:
hitam -> kehitam-hitaman
putih -> keputih-putihan
merah -> kemerah-merahan
luas -> seluas-luasnya
tinggi -> setinggi-tingginya
jelek -> sejelek-jeleknya
mahal -> semahal-mahalnya
dalam -> sedalam-dalamnya



4. Pengulangan dengan perubahan fonem

Kata ulang yang pengulangannya termasuk golongan ini sebenarnya sangat sedikit. Disamping bolak-balik terdapat kata kebalikan, sebaliknya, dibalik, membalik. Dari perbandingan itu, dapat disimpulkan bahwa kata bolak-balik dibentuk dari bentuk dasar balik yang diulang seluruhnya dengan perubahan fonem, ialah dari /a/ menjadi /o/, dan dari /i/ menjadi /a/.

Contoh lain, misalnya:
gerak -> gerak-gerik
robek -> robak-rabik
serba -> serba-serbi
Pada gerak-gerik terdapat perubahan fonem, dari fonem /a/ men- menjadi /a/ dan fonem /e/ menjadi /a/ dan /i/ ; pad serba-serbi jadi fonem /i/ ; pada robak-rabik terdapat perubahan fonem /o/ terdapat perubahan fonem /a/ menjadi /i/.
Disamping perubahan fonem vocal sperti terlihat pada contoh-contoh diatas, terdapat juga perubahan fonem konsonan. Misalnya:
lauk -> lauk-pauk
ramah -> ramah-tamah
sayur -> sayur-mayur
tali -> tali-temali

Kata-kata seperti simpang-siur, sunyi-senyap, beras-petas, tidak termasuk golongan kata ulang. Apabila kata-kata tersebut dimasukkan kedalam golongan kata ulang, hal itu berarti bahwa siur perubahan dari simpang, senyap perubahan dari sunyi, dan petas perubahan dari beras. Mungkinkah siur dari simpang, senyap dari sunyi, dan petas dari beras ? secara deskriptif tentu hal itu tidak mungkin. Perubahannya sangat sukar dijelaskan. Kata-kata tersebut, kiranya lebih tepat dimasukkan dalam golongan kata majemuk yang salah satu morfemnya berupa morfem unik.

2.3. Simpulan
Proses pengulangan atau reuplikasi merupakan proses morfologi yang banyak terjadi pada bahasa-bahasa dunia. Bentukan yang terjadi dari reduplikasi disebut kata ulang sedangkan bentuk (satuan) uang diulang disebut bentuk dasar.
1. Masalah dasar kata ulang
Kata dasar merupakan istilah dalam kata bahasa tradisional yang maknanya hampir dengan bentuk bebas yakni kata yang belum mengalami perubahan penambahan.
2. Menentukan penjelasan kata ulang
a. Reduplikasi (pengulangan)
Pada dasarnya tidak mengubah golongan atau jenis kata.
b. Bentuk dasar kata ulang selau berupa bentuk (satuan) yang terdapat dalam pengulangan bahasa.
3. Macam-macam pengulangan
a. Pengulangan utuh atau pengulangan seluruhnya.
b. Pengulangan sebagainya.
c. Pengulangan serempak dengan afiksasinnya.
d. Pengulangan dengan perubahan fonem



Daftar Pustaka

Alwi, Hasan dkk. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Ramlan, Muhammad. 1978. Morfologi Suatu Tinjauan Deskriptif. Yogyakarta: C.V. Karyono.
H.Kurnia. 2008. Diktat Mata Kuliah Linguistik Umum. Palembang:Univ.PGRI Palembang.

Tidak ada komentar: