Cari Blog Ini

Powered By Blogger

Kamis, 13 Mei 2010

Analisi Cerpen "Cinta Kingkong" dan "Bertopeng Gincu" karya M. Nasir

ANALISIS STRUKTURAL DAN SOSIOLOGI PADA CERPEN CINTA KINGKONG SERTA ANALISIS PISIKOLOGI PADA CERPEN BERTOPENG GINCU PADA KUMPULAN CERPEN KORAN KARYA MUHAMAD NASIR

1. Latar belakang

Karya sastra merukan suatu hala yang sangat erat kaitanya dengan masyaraat. Karya sastra merupakan suatu tiruan dari kehidupan mimesis masyarakat. Masalah social dalam kehidupan masyarakat yang sangat beraneka ragam itu menjadi suatu hal yang sangat menarik untuk diapresiasikan kedalam sebuah karya sastra.

Sebuah karya sastra akan di nilai menarik jika di dalam karya tersebut tergambarkan makna yang mendidik serta pengaruh terhadap perubahan kerakter pembaca yang menjadi lebih baik.

“Emile Durkheim dalam soekanto(2003:12), berpendapat bahwa engan meningkatkan defirinsiasi dalam masyarakat, reaksi kolektif yang kuat terhadap penyimpangan menjadi berkurang didalam sistem yang bersangkutan”

Dari pendapat di atas, pengaruh karya sastra terhadap pembaca sangat kuat. Semakin banyak sastra yang sifatnya membawa pembongkaran nilai-nilai luhur masyarakat, maka masyarakat pembaca pun akan terpengaruh dengan karya sastra yang telah dibacanya tersebut.

Aspes-aspek sosiologi pun tak lepas dari sebuah karya sastra karena sosilogi merupakan sebuah hubunga antar masyarakat yang tak bisa lepas dri kehidupan masyarat, tak terlepas juga kehidupann masyarakat fiksi yang haya lahir dari imajinasi pengarang

Yang tak kalah penting dalam kehidupan masyarakat sastra untuk mempengaruhi pembaca adalah penokohan tokoh utama, yang biasanya selalu memerankan sifat yang selalu bisa menjadi figur atau contoh yang baik dalam kehidupan bermasyarakat. Sifat-sifat yang baik serta kadaan pisikoogis tokoh yang setabil sehingga dapat menyelesaikan masalah dengan baik.

Mengingat pentingya sebuah kajian unsur sosiologi dan psikologi dalam sebuah karya sastra khususnya prosa maka saya melakuka analisis sosiologis pada cerpen “Cinta Kingkong” karya Muhamad Nasir dan melakukan analisis pisikologis pada cerpen “Bertopeng Gincu”.

2. Maslah

1. Bagainakah unsur-unsur intrinstik pada cerpen “Cinta Kingkong”?

2. Bagaimanakah unsur-sunsur sosiologi pada cerpen “Cinta Kingkong”?

3. Bagaimanakah unsur-unsur phisokologi pada cerpen “Bertopeng Gincu”?

3. Tujuan

Dari latar belakang dan masalah yang tersebut di atas maka penulisan analisis ini bertujuan untuk:

1. Mendekripsikan unsur-unsur intrinstik cerpen “Cinta Kingngkong”.

2. Menjelaskan bagaimanakah analisis sosioligi pada cerpen “Cinta Kingkong”.

3. Menjelaskan bagaimana analisis pisikologis cerpen “Bertopeng Gincu”.

4. Manfaat

Sebuah karya kajian karya sastra dapat bermanfaat menjadi pelajaran bagi kalangan kesusastraan. Namun dalam penulisan kajian karya sastra ini dimaksudkan agar bermanfaat sebagai:

1. Sebagai sarana peningkatann pengetahuan masyarakat, mahasiswa dan pelajar atas metode analisis sosiologi dan pisikologi sebuah karya sastra.

2. Dapat dijadikan sebagai, arahan atau pedoman dalam pembacaaan cerpen “Cinta Kingkong dan Bertopeng Gincu” karya Muhamad nasir dalam kumpulan cerpen “Kaos Politik” karya Muhamad Nasir.

5. Tinjauan pustaka

5.1.Pendekatan Sosiologi.

Sastra merupakan pencerminan masyarakat. Melalui karya sastra, seorang pengarang mengungkapkan problema kehidupan yang pengarang sendiri ikut berada di dalamnya. Karya sastra menerima pengaruh dari masyarakat dan sekaligus mampu memberi pengaruh terhadap masyarakat. Bahkan seringkali masyarakat sangat menentukan nilai karya sastra yang hidup di suatu zaman, sementara sastrawan sendiri adalah anggota masyarakat yang terikat status sosial tertentu dan tidak dapat mengelak dari adanya pengaruh yang diterimanya dari lingkungan yang membesarkan sekaligus membentuknya.

Senada dengan pernyataan diatas, Damono mengungkapkan bahwa sastra menampilkan gambaran kehidupan, dan kehidupan itu sendiri adalah suatu kenyataan sosial. Dalam pengertian ini, kehidupan mencakup hubungan antar masyarakat, antar masyarakat dengan orang-seorang, antarmanusia, dan antarperistiwa yang terjadi dalam batin seseorang (2003:1). Bagaimanapun juga, peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam batin seseorang yang sering menjadi bahan sastra, adalah pantulan hubungan seseorang dengan orang lain atau dengan masyarakat dan menumbuhkan sikap sosial tertentu atau bahkan untuk mencetuskan peristiwa sosial tertentu.

Pendekatan terhadap sastra yang mempertimbangkan segi-segi kemasyarakatan itu disebut sosiologi sastra dengan menggunakan analisis teks untuk mengetahiu strukturnya, untuk kemudian dipergunakan memahami lebih dalam lagi gejala sosial yang di luar sastra (Damono, 2003:3).

Sosiologi adalah telaah tentang lembaga dan proses sosial manusia yang objektif dan ilmiah dalam masyarakat. Sosiologi mencoba mencari tahu bagaimana masyarakat dimungkinkan, bagaimana ia berlangsung, dan bagaimana ia tetap ada. Dengan mempelajari lembaga-lembaga sosial dan segala masalah ekonomi, agama, politik dan lain-lain — yang kesemuanya itu merupakan struktur sosial— kita mendapatkan gambaran tentang cara-cara manusia menyesuaikan diri dengan lingkungannya, tentang mekanisme sosialisasi, proses pembudayaan yang menempatkan anggota masyarakat di tempatnya masing-masing.

Sesungguhnya sosiologi dan sastra berbagi masalah yang sama. Seperti halnya sosiologi, sastra juga berurusan dengan manusia dalam masyarakat sebagai usaha manusia untuk menyesuakan diri dan usahanya untuk mengubah masyarakat itu. Dengan demikian, novel dapat dianggap sebagai usaha untuk menciptakan kembali dunia sosial yaitu hubungan manusia dengan keluarga, lingkungan, politik, negara, ekonomi, dan sebagainya yang juga menjadi urusan sosiologi. Dapat disimpulkan bahwa sosiologi dapat memberi penjelasan yang bermanfaat tentang sastra, dan bahkan dapat dikatakan bahwa tanpa sosiologi, pemahaman kita tentang sastra belum lengkap.

Rahmat Djoko Pradopo (1993:34) menyatakan bahwa tujuan studi sosiologis dalam kesusastraan adalah untuk mendapatkan gambaran utuh mengenai hubungan antara pengarang, karya sastra, dan masyarakat.

Pendekatan sosiologi sastra yang paling banyak dilakukan saat ini menaruh perhatian yang besar terhadap aspek dokumenter sastra dan landasannya adalah gagasan bahwa sastra merupakan cermin zamannya. Pandangan tersebut beranggapan bahwa sastra merupakan cermin langsung dari berbagai segi struktur sosial hubungan kekeluargaan, pertentangan kelas, dan lain-lain. Dalam hal itu tugas sosiologi sastra adalah mengubungkan pengalaman tokoh-tokoh khayal dan situasi ciptaan pengarang itu dengan keadaan sejarah yang merupakan asal usulnya. Tema dan gaya yang ada dalam karya sastra yang bersifat pribadi itu harus diubah menjadi hal-hal yang bersifat sosial.

5.2.Pendekatan pisikolig

5.2.1. Psikologi sebagai ilmu pengetahuan

Walaupun sejak dulu telah ada pemikiran tentang ilmu yang mempelajari manusia dalam kurun waktu bersamaan dengan adanya pemikiran tentang ilmu yang mempelajari alam, akan tetapi karena kekompleksan dan kedinamisan manusia untuk dipahami, maka psikologi baru tercipta sebagai ilmu sejak akhir 1800-an yaitu sewaktu Wilhem Wundt mendirikan laboratorium psikologi pertama didunia..

5.2.2. Berdirinya Aliran Psikoanalisa

Semenjak tahun 1890an sampai kematiannya di 1939, dokter berkebangsaan Austria bernama Sigmund Freud mengembangkan metode psikoterapi yang dikenal dengan nama psikoanalisis. Pemahaman Freud tentang pikiran didasarkan pada metode penafsiran, introspeksi, dan pengamatan klinis, serta terfokus pada menyelesaikan konflik alam bawah sadar, ketegangan mental, dan gangguan psikis lainnya.

5.2.3. Fungsi psikologi sebagai ilmu

Psikologi memiliki tiga fungsi sebagai ilmu yaitu:

a. Menjelaskan

Yaitu mampu menjelaskan apa, bagaimana, dan mengapa tingkah laku itu terjadi. Hasilnya penjelasan berupa deskripsi atau bahasan yang bersifat deskriptif.

b. Memprediksikan

Yaitu mampu meramalkan atau memprediksikan apa, bagaimana, dan mengapa tingkah laku itu terjadi. Hasil prediksi berupa prognosa, prediksi atau estimasi.

c. Pengendalian

Yaitu mengendalikan tingkah laku sesuai dengan yang diharapkan. Perwujudannya berupa tindakan yang sifatnya prevensi atau pencegahan, intervensi atau treatment serta rehabilitasi atau perawatan.

5.2.4. Pendekatan Psikologi

Tingkah laku dapat dijelaskan dengan cara yang berbeda-beda, dalam psikologi sedikitnya ada 5 cara pendekatan, yaitu

a. Pendekatan neurobiologist

Tingkah laku manusia pada dasarnya dikendalikan oleh aktivitas otak dan sistem syaraf. Pendekatan neurobiologis berupaya mengaitkan perilaku yang terlihat dengan impuls listrik dan kimia yang terjadi didalam tubuh serta menentukan proses neurobiologi yang mendasari perilaku dan proses mental.


b. Pendekatan perilaku

Menurut pendekatan perilaku, pada dasarnya tingkah laku adalah respon atas stimulus yang datang. Secara sederhana dapat digambarkan dalam model S - R atau suatu kaitan Stimulus - Respon. Ini berarti tingkah laku itu seperti reflek tanpa kerja mental sama sekali. Pendekatan ini dipelopori oleh J.B. Watson kemudian dikembangkan oleh banyak ahli, seperti B.F.Skinner, dan melahirkan banyak sub-aliran.

c. Pendekatan kognitif

Pendekatan kognitif menekankan bahwa tingkah laku adalah proses mental, dimana individu (organisme) aktif dalam menangkap, menilai, membandingkan, dan menanggapi stimulus sebelum melakukan reaksi. Individu menerima stimulus lalu melakukan proses mental sebelum memberikan reaksi atas stimulus yang datang.xx

d. Pendekatan psikoanalisa

Pendekatan psikoanalisa dikembangkan oleh Sigmund Freud. Ia meyakini bahwa kehidupan individu sebagian besar dikuasai oleh alam bawah sadar. Sehingga tingkah laku banyak didasari oleh hal-hal yang tidak disadari, seperti keinginan, impuls, atau dorongan. Keinginan atau dorongan yang ditekan akan tetap hidup dalam alam bawah sadar dan sewaktu-waktu akan menuntut untuk dipuaskan.

e. Pendekatan fenomenologi

Pendekatan fenomenologi ini lebih memperhatikan pada pengalaman subyektif individu karena itu tingkah laku sangat dipengaruhi oleh pandangan individu terhadap diri dan dunianya, konsep tentang dirinya, harga dirinya dan segala hal yang menyangkut kesadaran atau aktualisasi dirinya. Ini berarti melihat tingkah laku seseorang selalu dikaitkan dengan fenomena tentang dirinya.

f. Kajian psikologi

Psikologi adalah ilmu yang luas dan ambisius, dilengkapi oleh biologi dan ilmu saraf pada perbatasannya dengan ilmu alam dan dilengkapi oleh sosiologi dan anthropologi pada perbatasannya dengan ilmu sosial. Beberapa kajian ilmu psikologi diantaranya adalah:

g. Psikologi perkembangan

Artikel utama untuk bagian ini adalah psikologi perkembangan adalah bidang studi psikologi yang mempelajari perkembangan manusia dan faktor-faktor yang membentuk prilaku seseorang sejak lahir sampai lanjut usia. Psikologi perkembangan berkaitan erat dengan psikologi sosial, karena sebagian besar perkembangan terjadi dalam konteks adanya interaksi sosial. Dan juga berkaitan erat dengan psikologi kepribadian, karena perkembangan individu dapat membentuk kepribadian khas dari individu tersebut.

h. Psikologi social

Artikel utama untuk bagian ini adalah: psikologi sosial, bidang ini mempunyai 3 ruang lingkup, yaitu :

1. studi tentang pengaruh sosial terhadap proses individu, misalnya : studi tentang persepsi, motivasi proses belajar, atribusi (sifat)

2. studi tentang proses-proses individual bersama, seperti bahasa, sikap sosial, perilaku meniru dan lain-lain

3. studi tentang interaksi kelompok, misalnya : kepemimpinan, komunikasi hubungan kekuasaan, kerjasama dalam kelompok, persaingan, konflik

i. Psikologi kepribadian

Psikologi kepribadiana, adalah bidang studi psikologi yang mempelajari tingkah laku manusia dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya, psikologi kepribadian berkaitan erat dengan psikologi perkembangan dan psikologi sosial, karena kepribadian adalah hasil dari perkembangan individu sejak masih kecil dan bagaimana cara individu itu sendiri dalam berinteraksi sosial dengan lingkungannya.

j. Psikologi kognitif

Adalah bidang studi psikologi yang mempelajari kemampuan kognisi, seperti: Persepsi, proses belajar, kemampuan memori, atensi, kemampuan bahasa dan emosi.

5.2.5. Wilayah terapan psikologi

Wilayah terapan psikologi adalah wilayah-wilayah dimana kajian psikologi dapat diterapkan. walaupun demikian, belum terbiasanya orang-orang Indonesia dengan spesialisasi membuat wilayah terapan ini rancu, misalnya, seorang ahli psikologi pendidikan mungkin saja bekerja pada HRD sebuah perusahaan, atau sebaliknya.

a. Psikologi pendidikan

Psikologi pendidikan adalah perkembangan dari psikologi perkembangan dan psikologi sosial, sehingga hampir sebagian besar teori-teori dalam psikologi perkembangan dan psikologi sosial digunakan di psikologi pendidikan. Psikologi pendidikan mempelajari bagaimana manusia belajar dalam setting pendidikan, keefektifan sebuah pengajaran, cara mengajar, dan pengelolaan organisasi sekolah.

b. Psikologi sekolah

Psikologi sekolah berusaha menciptakan situasi yang mendukung bagi anak didik dalam mengembangkan kemampuan akademik, sosialisasi, dan emosi. Yang bertujuan untuk membentuk mind set anak.


c. Psikologi industri dan organisasi

Psikologi industri memfokuskan pada menggembangan, mengevaluasi dan memprediksi kinerja suatu pekerjaan yang dikerjakan oleh individu, sedangkan psikologi organisasi mempelajari bagaimana suatu organisasi memengaruhi dan berinteraksi dengan anggota-anggotanya.

d. Psikologi kerekayasaan

Penerapan psikologi yang berkaitan dengan interaksi antara manusia dan mesin untuk meminimalisasikan kesalahan manusia ketika berhubungan dengan mesin (human error).

e. Psikologi klinis

Adalah bidang studi psikologi dan juga penerapan psikologi dalam memahami, mencegah dan memulihkan keadaan psikologis individu ke ambang normal.

f. Parapsikologi

Parapsikologi adalah cabang psikologi yang mencakup studi tentang extra sensory perception, psikokinesis, dan sebagainya [1][2][3]. Bagi para pendukungnya, parapsikologi dilihat sebagai bagian dari psikologi positif dan psikologi transpersonal[1][4][3]. Penelitian parapsikologi pada umumnya dilakukan di laboratorium sehingga parapsikolog menganggap penelitian tersebut ilmiah.[1][3]. Kritisisme terhadap parapsikologi dan dukungan terhadap parapsikologi dari American Association for the Advancement of Science terhadap affiliasinya yaitu Parapsychological Association


6. Analisis

6.1.ANALISIS STUKTURAL DAN SOSIOLOGI CERPEN “CINTA KINGKONG” KARYA MUHAMAD NASIR.

6.1.1. ANALISIS STUKTURAL

1. Tema :

Tema pada cerita pendek cintakkingkong yang terdapat pada kumpulan cerpen karya M. Nasir ini adalah, seorang pemuda yang berjkhayala memilki seseorang kekasih yang sangat diidam-idammkan namun ppemuda tersebut tidak mampu untukmengungkapkann cintanya. Ini terbukti pada halaman 109.

“cintaku hanya tumbuh dalam hayalannku saja. Namun sangat indah untuk dinikmati. Jalinan-jalinan cinta kami mesra dan sungguh manis.”

Kemidian pada halaman 110 penyataan ketidak mmampuan Udin untuk menyatakan cintanya dinyatakan:

“Tapia pa lacur,ketika aku bertatapan mata denganya saat aku ingin menyerahkan surat tersebut, aku tersadar Man bahwa ia tak mungkin kuraih, aku terkencing kencing Man,mulutku yang biasanya lincah kini terkunci Man, dan aku pingsan.”

2. Anamat

dalam cerpen ini mengandung amanat sebgai berikut :

a. Jangan memotong pembicaraan. amanat ini terdapat pada halaman 106:

“sialan nian kau ni, jangan mak itu Din. Kalau wong llangi ngomong dak boleh dipotong tau dak”

b. Walaupun kita sedang emosi, kita harus tetap menjaga sikap setia kawan. Dalam halaman 106:

“tapi untunglah kito bekawan jadi bidak di pinggang ni makklum jugo”

c. Jangan ikut campur dengan masalah orang. Terdapat dalamm halaman 106:

“kau ni Jon, dak usah melok-melok. Ini ni urusan bukang belakang tau dak!!”


d. Jangan mudah tersinggung. Terdapat dalam halaman 108:

“Din kau tu jangan mudah tersinggung oleh omonganku tadi, akku tadi Cuma maen-maen bae”

3. Latar :

Latar tempat:

Terminal : “suanana di terminal semakin kacau”

Warung Bik Inah: “kami beduo nak pergi ke warung Bik Inah”

4. Alur:

Dalam cerpen ini, menggunaka alur maju karena di cerpen ini jalan ceritany terstruktur dari mulai perkenalan tokoh, munculnya masalah , terjadinya konfillk, kilamaks, penurunan konflik, penyelesaian masalah dan akhir cerita tersusun secara teratur.

5. Penokohan :

Diman : cepat emosi.

Udin :mempunyai sifat yang kurang sopan .

Joni : mempunyai sifat yang selalu ikutikutan urusan orang.

Sandi : mempunyai sifat yang bijaksana yang selalu membuat menjadi tenang.

6.1.2. ANALISIS SOSIOLOGI CERPEN “CINTA KINGKONG”

Cerpen “Cinta KIngong” karya Muhamad Nasir ini sangat menirik bila dianalisis menggunakann metode pendekatan sosiologi. Dalam cerpen ini hubungan masyarakat daerah sangat kuat.. ini dibuktikan dengan adanya bahasa deaerah yang digunaakan antaralain bahasa Palembang, Semendo, dan bahasa Jakarta. Perpaduan antar budaya ini dimiliki oleh pera tokoh.

Dalam cerpen dilikiskan berbagai masam masalah social yang sagat erat, kehipan preman terminal yang sangat kerak sangat digambarkan dengan cepatnya muuncul maalah hanya dikarekan oleh masalah yang sangat sepele, dan mungkin tidak ada gunaya untuk diperdepabatkan bahkan pare tokoh akan berkelahi hanya dengan masalah yang sepele tersebut.

Namun bukan hanya kekerasan yang tergambar dalam kehidupan mereka, kesetia kawanan terhadap sesame mereka itu sangat kuat hingga mereka sanggup untuk menahan emosi mereka disaat akan berkelahi.

6.2. ANALISIS PISIKOLOGI PADA CERPEN “BERTOPENG GINCU”

Cerpen “Bertopeng Gincu“ karya Muhamad Nasir, menggabarkan tentang seoerang gadis yang tumbuh dari keluarga yang kurang mempu serta kurang perhatian kepada anaknya, sehingga membuat anaknya menjadi soorang pelacur akibat dari kurangnya perhatian dari keluarga.

Cerpen “Bertopeng Gincu”karya Muhamad Nasir ini sangat menarik bila dilakukan anaslisis pisiko;ogis bagaimana tokoh utama Lia, tumbumbuh dewasa dari kekurangan keluarganya, Lia menjadi gadis cantik dan dewasa dari kekurang perhatian dari orang tuanya.

Sejak kecil Lia tergolong menjadi anak yang pendiam, kelugunya dimasa kecil yang menuntun Lia menjadi seorang anak yang penurut, dan hanya bisa menerima keadaan yang diterimanya. Perhatian yang kurang, bahkan ayah Lia yang sering marah, ini terdapat pada halam 59:

“Diapun menarik topeng yang dipakai Lia. Karetnya putus, topengnya pun robek. “anak nakal mengagetkan orang tua saja”. Nih belikan bapak rokok.”(Nasir, 2008: 59)

Ayah yang kejam membuat Lia semakin diam dan merasa selalu dikekang.

“Di tangannya masih tersisa robekan topeng . tampak coretan gurunya dan coretan angka 9 di topeng itu juga terkoyak. “Yah,” gumamnya lemah” (Nasir, 2008:60)

Hingga Lia dewasa, Mulai mempunyai sifat yang membangkang kepada orang tuanya, Lia mulai Mengenal lawan jenis, Lia mempunyai seorang kekasih. Sifat Lia yang telah bosan dengan kekangan orang tua dan kurangnya perhatian dri orangtua Lia ingin terlepas dari itu semua, Lia ingin bebas dan menikmati hidup bebas, hingga sampai Lia terjerat dalam pergaulan bebas.

“saling senyum, saling lirik dan saling bantu dalam menyelesaikan mpekerjaan ruamah ataupun tugas dri guru, membuat mereka tanpa disadri mengenal ciuman. Lalu raba-raban. Sampai akhirnya, mereka tak sengaja keduanya melakukan hal yang sebenarnya tak boleh dilakuakan ” (Nasir, 2008:61)

Berakar dri kejadian tersebut dan ditinggalnya Lia oleh sang kekasih membual lia semakin frustasi. Lia berkenalan dengan seorang PNS Imam namanya. Lia berani membohongi orang tuanya, untuk tinggal satu rumah dengan Iman. Sungguh nekat perbuatan Lia.

“Setiap hari dia masih bekerja. Tetapi kakinya kinimengarah ke rumah yang disewa oleh Imam.

Keduanya ibarat pengantin baru. Lingkungan di rumah susun tempat keduanya menyewa, termasuk tak perdulian”

Perjuangan cinta yang berlandaskan nafsu mereka pun hancur, karena ada tetangga yang mengetahui bahwa mmereka sebenarnya kumpul kebo.

Lia justru semaakin mmenjadi-jadi, dengan keahlianya membuat topeng Liamalah menjadi seorang wanita panggilan. Dengan mengenakan topengnya tidak adda yang tau kalau Lia menjaadi seorang wanita penggilan kecuali para lelaki hidung belang yang pernah tidur dengannya.

SINOPSIS CERPEN BERTOPENG GINCU

Lia adalah seorang gadis kecil yang sangat mandiri, hidupnya sejak kecil kurang mendapatkan perhatian dari ayah dan ibunya, ayahnya yang seorag ketua RT dan ibunya yang seorang pedangang ikan di pasar jakabaring kurang memperhatikan lia yang sewaktu itu masih duduk di bangku SD.

Lia bukanlah anak yang pintar, hanya lia sangat merih dalam membuat topeng kertas, yang sering dipakainya. Sewaktu SMA tubuh lia berkembang dengan bagus, mestti lia hidup dikeluarga yang pas-pasan perkembangan tubuh lia tidak terpengaruh, di SMA lia mulai mengenal lawan jenis. Lia mempunyai pacar Gandi namanya, karna Gandi dan Lia sudah terlalu dekat mereka pun mengenal yang namanya ciuman, raba-raban, dan akhirnya mereka tidak sadar telah melakukan hal terlarang yang sebenarnya belum boleh mereka lakukan.

Setelah mereka tamat sekolah, mereka harus berpisah karena Gandi disuruh oleh orang tuanya untuk pulang ke kampong halamannya di Tanjung Karang Lampung. Hubungan mereka diawal persiahan masih berlangsung mereka masih melakukan hubungan melalui surat, namun karena kesibukan mereka masing-masing, akhirnya hubungan merekapun hilang, tak ada kabar daari satu sama lain.

Ditengah kesibukan kerja Lia, Lia berkenalan dengan seorang Pegawai Negri Sipil (PNS) namanya Imam. Imam begitu baik dengan Lia, semua keinginan lia dipenuhinya. Lia pun tidak serius lagi bekerja dikarenakan sering pergi dengan Imam. Lia memutuskan untuk berhentii dari pekerjaanya tanpa sepengetahuan ayah dan ibu Lia. Lia tetap saja pergi bekerja namun bukan tyempat kerja yang dituju namun rumah susun tempat imam tinggal. Suasana rumah susun yang agak cuek dengan kedaan sekitar mengakibatkan merka aman, bagaikan pasangan pengantin baru yang baru saja menikah.

Sandiwara Lia dan Imam berakhir ketika salah seorang tentangga mengetahui kalau sebenarnya mereka belum menikah, tetangga tersebut membuat kacau suasana di dalam rumah susun. Pak RT pun dating, bahkan oranng tua Lia pun dating, mereka tidakgeram atas kelakuan ananya yang memalukan dan dianggap membuat aib keluarga.

Sejak kejadian tersebut, prilaku Lia malah semakin menjadi-jadi, lia berkenalan dengan sorang germo yang siap melalurkan dirinyaa kepada para lelaki hidung belang, suka atau tidak suka Lia menerima ajakan germo, dengan menenakan topengnya Lia bisa bebas mmenghambur-hamburkan uang hasil kerjanya mmenjadi seorang kupu-kupu malam. Orang lain pun tidak tahu kalau Lia mengenakan topeng disaat berpergian kecuali hanya para lelaki yang pernah tidur denganya.

Namun disaat kesendirianya di tengah malam Lia sering menangis dan berfikir ingin kembali kepelukan orang tuanya dan kembali bersujud meminta ampun kepada Allah SWT atas dosa-dosa yang telah dilakukanya.

6. Simpulan

Setelah menganalisis kedua cerpen tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa sebuah analisis karya sastra sangat penting dilakukan guna untuk mengetahui makna dari suatu bidang pendekatan.

Setelah membaca cerpen Cinta Kongkong dan Bertopeng Gincu, kita juga dapat mengambil pelajaran dari kisah hidup para tokoh utama pada kedua cerpen tersebut, kisah kehidupannn preman dan seorang kupu-kupu malam yang hidupnya sangat terhina tidak petut untuk kita conto. Sebaliknya, mencoba untun menghindar dari prillaku yang demikian ialah sebuah usaha yang harus kita usahakan dengan kuat dan prinsipil.


7. Daftar pustaka

Nasir, Muhamad. 2008. Kaos Politik. CV. Anugerah Pena Presindo: Palembang.

http://id.wikipedia.org/psikologis

http://www.tarmiji.wordpers.com

http://sebuahcatatansastra.bogspot.com/2009/02/sosiologi-sastra