Cari Blog Ini

Powered By Blogger

Senin, 17 Mei 2010

Mengenali Ciri-Ciri Puisi Indonesia

1. Latar belakang masalah
Puisi adalah luapan spontan dari perasaan yang penuh daya, memperoleh rasanya dari emosi atau rasa yang dikumpulkan kembali dalam kedamaiian (William wordsword).

Selain itu ada juga yang mengatakan bahwa puisi itu adalah bentuk organisasi tertinggi dari kegiatan intelektual (Matthew).

2. Masalah
Masalah dalam pokok bahsan ini adalah:
a. Bagaimanakah cara mengenal ciri-ciri khas puisi Indonesia.
b. Apakah yang akan kita peroleh jika kita mengenal ciri-ciri khas puisi Indonesia.

3. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
a. Menjelaskan bagaimana ciri-ciri khas puisi Indonesia.
b. Apakah yang dapat kita peroleh jika kita mengenal ciri-ciri khas puisi Indonesia.

4. Pembahasan
MENGENAL CIRI-CIRI KHAS PUISI INDONESIA
4.1. Periode 1920-1933
Ciri-cirinya adalah sebagai berikut:
a. Masih mewarisi corak puisi lama mirip pantun dan syair sedangkan sampiran tidak tidak diakui utuk menjadikan puisinya lebih intens
b. Corak puisi seperti syair tidak digunakan sebagai cerita, namun digunakan sebagai pengungkap makna yang lebih padat.
4.2. Periode 1933-1945
Pada periode ini disebut angkatan pujangga baru. Ciri-cirinya sebagai berikut:
a. Bentuk atau struktur puisinya mengikuti bentuk puisi yang baru, seperti: Soneta, Tersina, dan Oktap.
b. Pilihan kata-katanya diwarnai dengan kat-kata yang indah, seperti Nirlama.
c. Kiasan yang banyak digunakan adalah gaya bahasa perbandingan.
d. Gaya ekspresi aliran romantik nammpak dalam pengucapan perasaan.
e. Simetris, artinya adalah setiap larik biasanya terdiri dari dua periode.
f. Gaya puisinya polos, sangat jelas, dan lambing-lambangnya yang umum digunakan.
g. Rima / persajakan dijadikan sarana kepuitisan.
Contoh puisi angkatan pujangga baru:
Berdiri Aku
Berdiri aku disenja senyap
Camar melayang menepis buh
Melayang bakau mengurai puncak
Berjulang datang ubur berkembang

Angin pulang menyejuk bumi
Menepuk teluk mengepas emas
Lari ke gunung memuncak sunyi
Berayun-ayun diatas alas

Benang raja mencelup ujung
Naik marah menyerak corak
Elang lengkang saling tergulung
Dimabuk obak warna berarak-arak

Dalam rupa maha sempurna
Rindu senda mengharu kalbu
Ingin datang merasa sentosa
Mengecap hidup tertentu tuju
Karya: Amir Hamjah
4.3. Periode 1945-1953
Periode 1945-1953 disebut angkatan 45, ciri-cirinya sebagai berikut:
a. Bebas yang tidak terikat oleh pembagian bait, baris, dan persajakan.
b. Aliran yang dianut adalah ekspersionisme dan realism
c. Kosa katanya adalah bebas adalah bahsa sehari-hari
d. Gaya bahsa Metafora dan Simbolik
e. Gaya ppernyataan pikiran berkembang
f. Menggunakan gaya bahsa ironi dan sinisme
Contoh puisi angkatan 45:
AKU
Kalau sampai waktuku
Ku mau tak seorang merayu
Tidak juga kau

Tak perlu sendu sedan itu
Aku ini binatang jalang
Dari kumpulanya terbuang

Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap menendang menerjang

Luka dan bisa kubawa berlari
Berlari
Hingga hilang pedih perih
Dan aku akan lebih tidak perduli
Aku mau hidup seribu tahun lagi
Karaya : Chairil Anwar
Sekitar tahun 1942-1945 sensor dari pemerintah jepang cukup keras, maka banyak sekali lambang-lambaang yang digunakan oleh pengarang. Yang temasuk penyair periode 1945-1953 sebenarya juga para penyair dimana jepang memiliki karakteristik karya sastra yang hampir sama dengan puisi-puisi angkatan 45 dan tidak sama dengan karya sastra angakatn pujangga baru.
4.4. Periode 1953-1966
Cirri-ciri puisi pada periode ini adalah sebagai berikut:
a. Puisi dengan gaya bercerita banyak ditulis oleh banyak penyair.
b. Bercerita itu juga mulai menampaakkan mantra.
c. Gaya repetisi pada periode ini lebih banyak digunakan untuk kepentingan ritma dan rima.
d. Gaya puisi laris yang banyak diciptakan tidak bberbeda dari periode 1945-1953
e. Gaya slogan dann erotik yang mulai dikenal pada periode 45 berkembang sangat pesat.
f. Puisi romantic banyak diciptakan.
Contoh puisi romantik:
Tanah Kelahiranku
Seruling di pasir ipis, merdu
Antara gundukan pohon pinang
Tembang menggema di dua kaki
Burangrang tangkupan perahu

Jamrut dipucuk-pucuk
Jamrud di air tipis menurun

Membelit tangga di tanah merah
Dikenal gadis-gadis dari bukit
Nyayikan kentang sudah digali
Kenakan kebaya ke pewayangan
Jamrud di pucuk-pucuk
Jamrud dihati gadis menurun
Karya : ramadhan K.H
4.5. Periode 1966-1970
Periode 1966-11970 ini ini disebut angkatan 66. Masa inni didominasi puisi yang berliran realisme sosial kanan, yakni yakni puisi demonstrasi taufik ismail dan puisi-puisi protes rendra. Cirri struktur fisik puisi tersebut sama dengan puisi periode 50an dan juga hampir sama dengan puisi penyair-penyair LEKRA. Perbedaanya terletk padda siapa yang dibela dan siapa yang di kritik.

Pada periode ini ada dua tokoh yang sangat dominan dalaam puisi protes yakni Taufik Ismail dan Rendrayang merajai tahun-tahun 1968-1967 dan Rendra yang merajai dunia perpuisian Indonesia antara tahun 1968 hingga tahun 1975, Rendra menjadi pusat perhatian masyarakat dalam dunia teater dengan pementasan-pementasan yang sukses.

4.6. Periode 1970 sampai dengan sekarang
Dalam periode ini muncul puisi-puisi yang disebut puisi kontemporer. Istilah kontemporer ini menunjuk pada waktu bukan pada model puisi tertentu, sebap pada masa kontemporer ini banyak model puisi yang konvensional.
Ciri-ciri puisi pada periode ini adalah sebagai berikut:
a. Puisi bergaya mantra menggunakan saranaa kepuitisan berupa: ulangan,kata,frase,atau kalimat.
b. Banyak diciptakan puisi konkret sebagai puisi eksperimen
c. Kata-kata daerah yang banyak dippergunakan
d. Asosiasi bunti banyak dipergunakan untuk memperoleh makna yang baaru
e. Menggunnakan gaya bahasa alregi ataupun parable
f. Menggunakan ungkapan gagasan secara polos
g. Banyak kata-kata tabu digunakan dalam konteks puisi main-mainan, protest maupun puisi konkret
Contoh puisi kontemporer:
Telinga
masuklah ke telingaku, “bujuknya”
Gila
Ia goda masuk telinga dia sendiri
Agar bisa mendengar apapun
Secara terperinci setiap kata, setiap huruf
Bahkan letupan dan desis
Yang menciptakan suara
“masuklah”, bujuknya
Gila! Hanya agar bisa menafsirkan sebaik-baiknya
Apapun yang dibisikannya
Kepada diri sendiri
Karya: Sapandi Djoko Damono
5. Penutup
a. Kesimpulaan
Ciri-ciri puisi yang dituliis penyair itu benda ati tidak mungkin sama, setiap penyair menulis puisi sesuai dengan jamannya sehingga setiap puisi yang diciptakan suatu pengarang pada suatu periode akan berbeda dengan periode yang lain. Misalnya saja puisi pada angkatan 20-an dan angkatan 45. Pada angkatan 20 puisinya masih mirip dengan pantun dan syair sedangkan sampiran tidak ada dalam angkatann 45 bentuk dan struktur puisinya sudah mengikuti bentuk atau struktur puisi baru.
b. Daftar Pustaka
J.Waluyo,Herman.1995.Teori dan Apresiasi Puisi.Jakarta:Erlangga.

Tidak ada komentar: